Senin, 07 Maret 2016

“Ogoh ogoh

I.                    Pengantar
Di hampir perayaan hari Raya Nyepi yang juga pergantian tahun Caka, di Bali diadakan pawai ogoh-ogoh yang sedemikian meriah. Diantara kemeriahan ini kental terasa diadakan sebagai upacara Agama Hindu-Bali, karena cuma penganut agama Hindu yang ada  di/ dari Bali lah yang mengadakan ritual; mengarak Ogoh-ogoh ini.
Pelaksanaan yang diadakan setahun sekali di sekitar bulan Maret (Masehi) tentu juga harus dibarengi segala pengetahuan dan latar belakang / asal-usul hingga upacara ini dilaksanakan agar semakin hari, semakin tahun – hingga bergenerasi-generasi kedepannya perayaan ini bukan cuma mewariskan kemeriahan mengarak dan membakar Ogoh-ogoh di Bali – atau dimana pun Ogoh-ogoh ini di percaya sebagai pengusir roh jahat atau energi negatif.
II.                  Sejarah;
a.       Hikayat dan Kepercayaan seputar Ogoh-ogoh
Entah jelasnya sejak kapan Ogoh-ogoh mulai menjadi bagian dalam upacara menjelang hari raya Nyepi, ada yang mengklaim ogoh-ogoh mulai diarak keliling desa sejak tahun 1983, namun banyak yang percaya bahwa budaya mengarak dan membakar ogoh-ogoh sudah ada sejak dahulu kala.
Ilustrasi #1: Dayu Biang Dirah yang dibakar massa
b.      Simbolisasi Bhutakala dalam adat Hindu-Bali
Seperti banyak juga dijumpai di wilayah lain di Nusantara, energi negatif disimbolkan dengan bentuk-bentuk sosok raksasa bergigi panjang dan runcing
Ilustrasi #2: Gambar-gambar Bhutakala dari patung, relief, gambar atau lukisan tradisional Bali

III.                Penggunaan
a.       Upacara Tawur Agung Kesanga, dalam menyambut tahun baru Caka atau Hari Raya Nyepi yang dilaksanakan setiap tahun, setiap Tilem IX (Kesanga) atau bulan mati sekitar bulan Maret. Peringatan Nyepi ini tidak dilaksanakan berdasarkan Pawukon melainkan berdasarkan sasih (bulan).
b.      Urutan Upacara untuk menyambut pergantian tahun Caka;
a.        Mekiyis atau Melasti, dilaksanakan sehari sebelum Hari Nyepi
Adalah upacara yang bertujuan mensucikan benda-benda pusaka (prelingga) yang disimpan di tempat-tempat peribadatan. Prelingga prelingga ini dibawa ke pinggir laut atau ke pinggiran danau atau ke sebuah mata air suci untuk dihadapkan ke Bhatara Baruna, yaitu manifestasi Tuhan Yang Maha Esa dalam meleburkan dosa, malapetaka dan bencana, untuk disucikan.

Ilustrasi #3: Gambar orang-orang sedang upacara Mekiyis ke pantai 
b.      Mecaru (Bhuta Yadnya)
Adalah upacara pembersihan di lingkungan rumah atau di lingkungan desa, biasanya dengan menarikan topeng Rangda dan Barong keramat disetiap persimpangan jalan, simbolisasi dengan Mecaru di empat penjuru arah (CaturPastha)/
Upacara ini merupakan simbolisasi untuk memberi makanan kepada Bhutakala agar tidak mengganggu manusia dan lingkungannya.
Ilustrasi#4: Menarikan Rangda dan Barong di setiap persimpangan jalan utama disetiap desa

c.       Pengerupuk atau Mebuwu-buwu
Adalah semacam upacara untuk mengusir Bhutakala, biasanya dirumah-rumah dan dilingkungan membunyikan tetabuhan yang memekakan telinga (Bleganjur) dan menyalakan obor atau membuat asap dengan membakar sambut kelapa.
Pada waktu inilah Ogoh-ogoh yang dibuat untuk menyimbolkan Bhutakala di arak keliling banjar atau lingkungan setempat sambil ditarikan oleh para pemuda (sekehe teruna) banjar di setiap persimpangan jalan.
Ilustrasi #5: Para Pemuda mengangkat dan menarikan Ogoh-ogoh

Kemudian setelah berkeliling menarikan di empat penjuru banjar, Ogoh-ogoh ini dibawa ke Setra (kuburan atau tempat pengabenan)  atau Pantai untuk di Pralina – dibakar hingga jadi abu.

Ilustrasi #6: Ogoh-ogoh dibakar ditengah setra, dikerumuni warga

d.      Nyepi
Nyepi berarti diam, sepi – tidak melakukan kegiatan apa pun. Ini dilaksakan sejak matahari terbit hingga terbit matahari lagi di keesokan harinya.


IV.                Pembuatan Ogoh-ogoh
a.       Tahap Perencanaan
a.1. Konsep atau thema untuk menentukan bentuk ogoh-ogoh yang akan dibuat
                Ilustrasi #7: Sketsa ogoh-ogoh yang akan dibuat
Ilustrasi #8: Sketsa desain wajah ogoh-ogoh
                Ilustrasi #9: Sketsa desain posisi dan gerak ogoh-ogoh
a.2. Teknik yang akan digunakan berkaitan dengan bentuk dan bahan yang akan dipakai.
Ilustrasi #10: Bentuk sambungan kayu dalam kerangka yang menyerupai susunan tulang manusia atau hewan untuk menyesuaikan gerak yang akan dibuat
                Ilustrasi #11: Bentuk sambungan bambu dalam kerangka ogoh-ogoh
               
a.3. Perencanaan pembiayaan

b.      Tahap persiapan
b.1. Menentukan lokasi pembuatan ( dan sesajen yang diperlukan)
b.2. Persiapan bahan-bahan.
c.       Tahap Pelaksanaan
c.1. Pembuatan Kerangka Dasar Ogoh-ogoh
Tidak sedikit kelompok pemuda yang bias membuat konstruksi yang kuat sebagai pembentuk utama Ogoh-ogoh yang akan dibuat. Kerangka dasar ini dibuat untuk menempatkan kerangka bentuk Ogoh-ogoh . Kerangka ini kelak pun akan jadi pengikat ‘Saanan’ atau bamboo-bambu yang menjadi pegangan para pemikul Ogoh-ogoh.

c.2. Pembuatan Kerangka Bentuk
Kerangka Ogoh-ogoh dibuat setelah Kerangka dasar dibuat, agar Ogoh-ogoh sejak dibuat sudah dalam posisi sesuai dengan bentuk yang telah direncanakan atau digambar diatas kertas
c.3. Menutup dengan anyaman bambu; untuk membuat bentuk-bentuk detail yang diinginkan
Anyaman bambu yang sudah dibuat tipis seperti bahan membuat bedeg atau bilik anyaman bambu. Anyaman bambu yang mengandung kulit bambu mempunyai kekuatan yang lebih baik dibanding bambu yang tidak mengandung kulitnya – isinya.
Anyaman bambu dibuat sesuai struktur anatomi mahluk yang akan dibuat, dan setiap anyamannya dianyam dengan baik agar berfungsi sebagai pengikat struktur atau kerangka bentuk Ogoh-ogoh.
c.4. Membuat Kulit Ogoh-ogoh

Setelah anyaman bambu rapat dan bentuk ogoh-ogoh sudah nampak , kerangka ini biasanya ditutup dengan sobekan-sobekan kertas Koran yang diberi lem aci. Seperti juga dalam menganyam bambu  sobekan-sobekan Koran yang ditempel hendaknya dibuat saling melintang hingga sekaligus dapat berfungsi sebagai pengikat setiap bentuk yang sudah dibuat.
Setelah tempelan kertas Koran atau kertas semen memenuhi seluruh permukaan wujud ogoh-ogoh hingga -/+ 5 lapisan barulah permukaannya diwarnai dengan cat dasar.
c.5. Membuat hiasan Ogoh-ogoh

Selain mewarnai kulit Ogoh-ogoh yang sudah berbentuk mahluk jahat dengan warna yang sesuai, tahap selanjutnya adalah membuat kelengkapan dan asesorisnya. Seperti rambut yang dibuat dari serat-serat karung goni yang dibongkar dan ditata ulang atau dari rambut ijuk, dll. – kreatifitas bisa dikembangkan masing-masing.
V. Beragam kreatifitas dalam pembuatan Ogoh-ogoh

                Keleluasaan dalam menentukan bentuk manifestasi Bhutakala divisualisasikan/ diwujudkan dalam bentuk segala mahluk jahat, atau yang membawa energi negative, mulai wujud raksasa; mahluk-mahluk berwujud tinggi besar, bergigi runcing, berkuku panjang dengan segala pose hingga wujud-wujud fantasi kadang dibuat oleh para pemuda di setiap banjar. Sedemikian luasnya fantasi setiap kreatornya hingga kadang tampil raksasa-raksasa dalam wujud yang lucu sesuai jaman dan lingkungannya.