“Ogoh
ogoh”
I.
Pengantar
Di hampir perayaan hari Raya Nyepi yang juga pergantian tahun Caka, di
Bali diadakan pawai ogoh-ogoh yang sedemikian meriah. Diantara kemeriahan ini
kental terasa diadakan sebagai upacara Agama Hindu-Bali, karena cuma penganut
agama Hindu yang ada di/ dari Bali lah
yang mengadakan ritual; mengarak Ogoh-ogoh ini.
Pelaksanaan yang diadakan setahun sekali di sekitar bulan Maret (Masehi)
tentu juga harus dibarengi segala pengetahuan dan latar belakang / asal-usul
hingga upacara ini dilaksanakan agar semakin hari, semakin tahun – hingga bergenerasi-generasi
kedepannya perayaan ini bukan cuma mewariskan kemeriahan mengarak dan membakar
Ogoh-ogoh di Bali – atau dimana pun Ogoh-ogoh ini di percaya sebagai pengusir
roh jahat atau energi negatif.
II.
Sejarah;
a.
Hikayat dan Kepercayaan seputar Ogoh-ogoh
Entah jelasnya sejak kapan
Ogoh-ogoh mulai menjadi bagian dalam upacara menjelang hari raya Nyepi, ada
yang mengklaim ogoh-ogoh mulai diarak keliling desa sejak tahun 1983, namun
banyak yang percaya bahwa budaya mengarak dan membakar ogoh-ogoh sudah ada
sejak dahulu kala.
Ilustrasi
#1: Dayu Biang Dirah yang dibakar massa
b.
Simbolisasi Bhutakala dalam adat Hindu-Bali
Seperti banyak juga dijumpai di
wilayah lain di Nusantara, energi negatif disimbolkan dengan bentuk-bentuk
sosok raksasa bergigi panjang dan runcing
Ilustrasi
#2: Gambar-gambar Bhutakala dari patung, relief, gambar atau lukisan
tradisional Bali
III.
Penggunaan
a.
Upacara Tawur Agung Kesanga, dalam menyambut
tahun baru Caka atau Hari Raya Nyepi yang dilaksanakan setiap tahun, setiap
Tilem IX (Kesanga) atau bulan mati sekitar bulan Maret. Peringatan Nyepi ini
tidak dilaksanakan berdasarkan Pawukon melainkan berdasarkan sasih (bulan).
b.
Urutan Upacara untuk menyambut pergantian tahun
Caka;
a.
Mekiyis
atau Melasti, dilaksanakan sehari sebelum Hari Nyepi
Adalah upacara yang bertujuan mensucikan benda-benda pusaka (prelingga)
yang disimpan di tempat-tempat peribadatan. Prelingga prelingga ini dibawa ke
pinggir laut atau ke pinggiran danau atau ke sebuah mata air suci untuk
dihadapkan ke Bhatara Baruna, yaitu manifestasi Tuhan Yang Maha Esa dalam
meleburkan dosa, malapetaka dan bencana, untuk disucikan.
Ilustrasi
#3: Gambar orang-orang sedang upacara Mekiyis ke pantai
b.
Mecaru (Bhuta Yadnya)
Adalah upacara pembersihan di lingkungan rumah atau di lingkungan desa,
biasanya dengan menarikan topeng Rangda dan Barong keramat disetiap persimpangan
jalan, simbolisasi dengan Mecaru di empat penjuru arah (CaturPastha)/
Upacara
ini merupakan simbolisasi untuk memberi makanan kepada Bhutakala agar tidak
mengganggu manusia dan lingkungannya.
Ilustrasi#4: Menarikan Rangda dan
Barong di setiap persimpangan jalan utama disetiap desa
c.
Pengerupuk atau Mebuwu-buwu
Adalah semacam upacara untuk mengusir Bhutakala, biasanya dirumah-rumah
dan dilingkungan membunyikan tetabuhan yang memekakan telinga (Bleganjur) dan
menyalakan obor atau membuat asap dengan membakar sambut kelapa.
Pada waktu inilah Ogoh-ogoh yang dibuat untuk menyimbolkan Bhutakala di
arak keliling banjar atau lingkungan setempat sambil ditarikan oleh para pemuda
(sekehe teruna) banjar di setiap persimpangan jalan.
Ilustrasi #5: Para Pemuda mengangkat dan menarikan Ogoh-ogoh
Kemudian setelah berkeliling menarikan di empat penjuru banjar, Ogoh-ogoh
ini dibawa ke Setra (kuburan atau tempat pengabenan) atau Pantai untuk di Pralina – dibakar hingga
jadi abu.
Ilustrasi #6: Ogoh-ogoh dibakar ditengah setra, dikerumuni warga
d.
Nyepi
Nyepi berarti diam, sepi – tidak melakukan kegiatan apa pun. Ini
dilaksakan sejak matahari terbit hingga terbit matahari lagi di keesokan
harinya.
IV.
Pembuatan Ogoh-ogoh
a.
Tahap Perencanaan
a.1. Konsep atau thema untuk menentukan bentuk ogoh-ogoh yang akan dibuat
Ilustrasi #7: Sketsa
ogoh-ogoh yang akan dibuat
Ilustrasi #8: Sketsa desain wajah ogoh-ogoh
Ilustrasi #9:
Sketsa desain posisi dan gerak ogoh-ogoh
a.2. Teknik yang akan digunakan berkaitan dengan bentuk dan bahan yang
akan dipakai.
Ilustrasi #10: Bentuk sambungan kayu dalam kerangka yang menyerupai
susunan tulang manusia atau hewan untuk menyesuaikan gerak yang akan dibuat
Ilustrasi #11:
Bentuk sambungan bambu dalam kerangka ogoh-ogoh
a.3. Perencanaan pembiayaan
b.
Tahap persiapan
b.1. Menentukan lokasi pembuatan ( dan sesajen yang diperlukan)
b.2. Persiapan bahan-bahan.
c.
Tahap Pelaksanaan
c.1. Pembuatan Kerangka Dasar Ogoh-ogoh
Tidak sedikit kelompok pemuda yang bias membuat konstruksi yang kuat
sebagai pembentuk utama Ogoh-ogoh yang akan dibuat. Kerangka dasar ini dibuat
untuk menempatkan kerangka bentuk Ogoh-ogoh . Kerangka ini kelak pun akan jadi
pengikat ‘Saanan’ atau bamboo-bambu yang menjadi pegangan para pemikul
Ogoh-ogoh.
c.2. Pembuatan Kerangka Bentuk
Kerangka Ogoh-ogoh dibuat setelah Kerangka dasar dibuat, agar Ogoh-ogoh
sejak dibuat sudah dalam posisi sesuai dengan bentuk yang telah direncanakan
atau digambar diatas kertas
c.3. Menutup dengan anyaman bambu; untuk membuat bentuk-bentuk detail yang
diinginkan
Anyaman bambu yang sudah dibuat tipis seperti bahan membuat bedeg atau
bilik anyaman bambu. Anyaman bambu yang mengandung kulit bambu mempunyai
kekuatan yang lebih baik dibanding bambu yang tidak mengandung kulitnya –
isinya.
Anyaman bambu dibuat sesuai struktur anatomi mahluk yang akan dibuat, dan
setiap anyamannya dianyam dengan baik agar berfungsi sebagai pengikat struktur
atau kerangka bentuk Ogoh-ogoh.
c.4. Membuat Kulit Ogoh-ogoh
Setelah anyaman bambu rapat dan bentuk ogoh-ogoh sudah nampak , kerangka
ini biasanya ditutup dengan sobekan-sobekan kertas Koran yang diberi lem aci.
Seperti juga dalam menganyam bambu
sobekan-sobekan Koran yang ditempel hendaknya dibuat saling melintang
hingga sekaligus dapat berfungsi sebagai pengikat setiap bentuk yang sudah
dibuat.
Setelah tempelan kertas Koran atau kertas semen memenuhi seluruh
permukaan wujud ogoh-ogoh hingga -/+ 5 lapisan barulah permukaannya diwarnai
dengan cat dasar.
c.5. Membuat hiasan Ogoh-ogoh
Selain
mewarnai kulit Ogoh-ogoh yang sudah berbentuk mahluk jahat dengan warna yang
sesuai, tahap selanjutnya adalah membuat kelengkapan dan asesorisnya. Seperti
rambut yang dibuat dari serat-serat karung goni yang dibongkar dan ditata ulang
atau dari rambut ijuk, dll. – kreatifitas bisa dikembangkan masing-masing.
V. Beragam kreatifitas dalam
pembuatan Ogoh-ogoh
Keleluasaan
dalam menentukan bentuk manifestasi Bhutakala divisualisasikan/ diwujudkan
dalam bentuk segala mahluk jahat, atau yang membawa energi negative, mulai
wujud raksasa; mahluk-mahluk berwujud tinggi besar, bergigi runcing, berkuku
panjang dengan segala pose hingga wujud-wujud fantasi kadang dibuat oleh para
pemuda di setiap banjar. Sedemikian luasnya fantasi setiap kreatornya hingga
kadang tampil raksasa-raksasa dalam wujud yang lucu sesuai jaman dan
lingkungannya.