Selasa, 14 Juni 2011

Dunia Anak-anak di Desa

Di desa, terbayang oleh kita anak-anak yang bermain dengan merespon alam sekitarnya, berlarian diatas pematang sawah dibawah terik matahari, memanjat pepohonan yang penuh cabang teduh, berenang di sungai yang jernih, membuat permainan-permainan sendiri dari bahan alam seperti bambu atau kayu-kayu yang mereka jumpai.
Diwajah-wajah mereka keceriaan selalu tergambar penuh kepolosan, tidak pernah kehabisan permainan dan selalu penuh waktu luang. Malam hari, bila bulan purnama, permainan pun tidak kalah serunya, belum lagi permainan tebak-tebakan yang seringkali memancing tawa mereka.
Bermain sepeda, bermain layang-layang, perang-perangan, petak umpet juga mereka mainkan sebagaimana anak-anak kota.
Dan sebagaimana anak-anak kota, kini mereka sekarang sudah kenal playstation, permainan yang memancing kecekatan dilayar virtual, di warung-warung PS (playstation) hampir setiap hari anak-anak di desa Penyaringan antri menunggu giliran, masing-masing anak sudah siap dengan uang seribuan atau limaribuan untuk ongkos sewa PS satu atau dua jam.
Saat ini baru saja mulai liburan panjang, buat mereka - anak anak - yang sehari-harinya tekun belajar dan berkonsentrasi untuk pelajaran sekolah tentunya ini merupakan kegembiraan yang langka - libur panjaaaang...
Apa saja kegiatan mereka? adakah para orangtua memikirkan kesibukan mereka? apakah cukup memberikan uang ribuan untuk antri ke warung-warung PS? atau mengajak mereka mengenal lingkungan disekitar mereka? atau berlibur ke daerah-daerah yang belum mereka kenal untuk menambah wawasan dan pengalaman mereka? seperti ke kebun binatang atau ke rumah kerabat jauh?
Nampaknya di desa para orangtua tetap sibuk dengan keseharian mereka disawah atau di proyek-proyek bangunan, bahkan tidak jarang mereka diajak bekerja disawah atau menjadi tukang cilik - sebatas yang mereka mampu bantu.
Orangtua yang sibuk seperti ini pun banyak yang merindukan waktu libur, tidak sedikit dari mereka yang sudah cukup repot untuk memikirkan kesenangan mereka sendiri (lihat artikel "Portugal, persatuan orangtua gaul"), sehingga anak-anak dibiarkan bermain tanpa bimbingan.
Banyak orangtua di desa yang belum sadar jikalau anak-anak adalah sebagai pemilik masa depan, mereka jarang membekali anak-anak mereka dengan teladan sikap yang baik, sehingga bila membiarkan anak-anak tidak terlalu memperdulikan dan tidak menghargai orangtuanya sejak dini adalah lumrah bagi mereka, mereka akan mulai kesal bila anak-anak mulai berontak, mulai melawan, mulai menjadi berandalan... Dan bila mereka mulai kerepotan, maka mereka mengundang dukun atau balian untuk menyadarkan sang anak...


1 komentar:

  1. kayaknya sudah saatnya Oom Nuki bikin sekolah alam di Penyaringan, kayak si Dik Doank di Bogor.... musim liburan kayak sekarang, bikin kemah alam, buat anak2 dari Denpasar, Surabaya dan sekitarnya yang ingin hidup dekat alam selama liburan...

    BalasHapus