Kamis, 30 Juni 2011

Nyolahang Ratu Ayu


Ada ritual yang paling dinanti oleh masyarakat Penyaringan, bukan karena nilai spiritualnya, tapi karena hiburannya yang menakutkan. Pertunjukan (upacara) Nyolahang (nyolahan/ mesolah/ ngerauhang) atau memanggil roh penunggu disebuah pura dalem biasanya diadakan setiap enam bulan hanya di pura yang menyimpan topeng rangda didalamnya.
Biasanya upacara ini berbarengan dengan bulan purnama, atau bulan pernama tilem yaitu bulan mati, dimana saat itu sama sekali tidak ada cahaya bulan, langit gelap pekat. Sejak petang menjelang malam satu persatu umat datang untuk menghaturkan bhakti persembahyangan di pura itu, membawa sesajen, berpakaian putih-putih semuanya. Bila kabar 'nyolahan' sudah tersebar, biasanya umat yang datang bisa berdatangan bahkan dari desa-desa yang jauh. Nyolahan atau mesolah sederhananya diartikan sebagai acara menarikan topeng rangda yang dikeramatkan disebuah Desa. Dimana pada saat ini penari dan topengnya diupacarai dan atraksi (menari) dalam keadaan kesurupan atau 'kerauhan' (kerasukan roh).

Uuaahhahahahaaaaaa.... Ratu Ayu malah tertawa, sekali lagi keris ditusukkan... kali ini dengan lebih kuat..

Menjelang tengah malam, upacara sembahyang berangsur menjadi upacara yang lebih khusus, para umat yang berniat untuk melihat 'mesolah' bertahan dalam suasana dingin dan mencekam - karena biasanya Pura Dalem dibangun disekitar kuburan atau setra - tempat membakar mayat.
Disaat yang sama, beberapa pemangku upacara mulai membersihkan area dengan cipratan-cipratan air suci, bunyi gamelan mengiringi sebuah adegan singkat tentang seorang yang ingin menguji kesaktian ilmu kebalnya, rekannya mencoba menahannya supaya tidak sesumbar karena kekuatan yang lebih besar nanti bisa mencelakakannya.
Musik gamelan semakin laun... cuma tinggal bunyi kletuk (gong kecil pengatur tempo) ketika orang yang sesumbar ini berteriak-teriak menantang kekuatan yang lebih besar...... sambil mengacung-acungkan sebilah keris ke arah Pura Dalem yang senyap.

....

....

...

Tiba-tiba dari dalam pura terdengar suara orang berteriak dengan suara yang berat, serak tapi sangat keras. Penonton mulai senyap, hanya masih terdengar bunyi kletuk yang terus bertalu...

tuk!

tuk!

tuk!

semua memandang ke pintu pura, suasana makin mencekam...
Terdengar lagi teriakan yang keras, kali ini lebih panjang.. "Uaaarrrggggghhhhhhhh..... "

Entah sejak kapan berdirinya sosok itu, tiba-tiba sebentuk mahluk yang menyeramkan itu sudah berdiri tegak di pintu pura, berdiri terpaku dengan kedua tangan yang bergetar, satu tangannya memegang erat secarik kain putih, yang bergetar hanya disinari cahaya redup...

Uaaaaarrrggghhhhh..... huuaaahahahaaaa....  hhuuaaahahaahaaaa... , mahluk itu berteriak dan tertawa tawa dengan lantang.. Penonton menyeruak mundur. Sementara orang yang tadi menantangnya nampak semakin bernafsu, kerisnya diacung-acungkan keatas.... Bunyi gamelan mulai mengalun dengan irama yang penuh magis... Pemangku pura dalem, pekandel pura dalem semuanya sibuk mengasapi dan menciprati area dengan air suci... ketika Ratu Ayu mulai menuruni anak tangga dengan gerakan yang pasti dan - tentunya - menyeramkan.
Sampai dipekarangan Pura itu, Ratu Ayu mulai berjingkrak-jingkrak dan menari dengan tangan bergetar, kain putih yang digenggamnya dikibas kibas kesegala arah - konon siapa pun yang terkena kibasan kain putih itu akan ikut kesurupan.
Sebelum Ratu Ayu melangkah lebih jauh, orang yang tadi menari mengacungkan keris langsung menyambutnya dan menusukkan keris yang dibawanya kedada Ratu Ayu yang masih menari... - tempo gamelan semakin kuat menggebyar gebyar.

Uuaahhahahahaaaaaa.... Ratu Ayu malah tertawa, sekali lagi keris ditusukkan... kali ini dengan lebih kuat..
Para pemangku memegangi Ratu Ayu, supaya perlawanannya tidak membabi buta, namun Ratu Ayu semakin berontak, empat orang pemangku memegangi tubuhnya, rambutnya berguncang karena Ratu Ayu berontak semakin kuat..

Upacara Nyolahan ini tidak berlangsung lama, paling lama hanya setengah jam, setelah penari Ratu Ayu itu disadarkan dari kerasukan, entah ada upacara apa lagi didalam Pura Dalem, yang jelas saat itu penonton pun bubar berserabutan, riuh oleh suara dan lampu-lampu motor yang berhamburan meninggalkan kawasan kuburan desa dan Pura Dalem.

Atraksi semacam ini, seperti juga di daerah lain di Pulau Bali saat ini masih dipelihara masyarakat Bali, bahkan kita bisa juga melihat simulasi ritual ini ditempat-tempat khusus, seperti di wilayah Timur, di Ubud, di Sanur banyak juga tempat-tempat yang sengaja menampilkan simulasi upacara yang hanya untuk tujuan pariwisata. Sementara nilai-nilai filsafat dari upacara ini pun sudah diperbanyak dalam brosur perjalanan wisata.

Di Desa Penyaringan, paling tidak ada dua topeng Rangda yang rutin dipertunjukan, dan satu topeng Barong yang selalu ditampilkan. Menjelang Hari raya Nyepi topeng-topeng ini ditampilkan berkeliling desa, ditarikan disetiap persimpangan jalan - saat itu barong dan rangda berkeliling desa dengan truk atau mobil bak terbuka untuk mempersingkat waktu perjalanan. Tujuannya supaya desa terhindar dari ancaman roh jahat, semua spirit negatif dibeberapa tempat - secara simbolik - diserap untuk kemudian dilebur pada hari raya Nyepi.


2 komentar: